Saya dan saudari Perempuan ikut open trip yang diadakan Tukang Jalan menuju Pulau Peucang yang berada di Taman Nasional Ujung Kulon Oktober 2014. Taman Nasional Ujung Kulon terletak di sebelah barat Pulau Jawa seluas 443Km2, menjadi Taman Nasional pertama yang diresmikan di Indonesia dan juga juga diresmikan menjadi salah satu Warisan Dunia yang di lindungi UNESCO tahun 1991 termasuk didalamnya Pulau Peucang, Pulau Panaitan dan Pulau Handeuleum.
|
Taman Nasional Ujung Kulon Pulau Peucang |
Kami berkumpul pada malam Jumat, di Plaza Semanggi sekitar jam 9 malam, kami berjumlah sekitar 25 orang dan diantaranya ada 2 peserta dari Jerman, setelah perkenalan pendek kami langsung menaikin mobil Elf menuju ke Desa Sumur (Banten), Perjalan panjang dan lama saya kesulitan tidur karena memang tidak terbiasa tertidur di kendaraan yang bergerak dan juga karena di beberapa tempat kami melewati jalan yang rusak, tidak bersahabat dan keadaan jalan bisa naik atau turun dengan tiba-tiba membuat saya cukup tegang. Sekitar jam 3 pagi akhirnya kami tiba di Sumur. Kami diantar ke Rumah Nahkoda kapal yang akan membawa kami, di sana kami dipersilakan untuk bebersih, Sholat Subuh dan sarapan. Hampir semua peserta begitu masuk rumah Nahkoda yang di cari adalah stop kontak, hampir semua berebut untuk mencharge HP nya dan antrian ke kamar mandi yang juga panjang.
Rumah-rumah Nelayan di Sumur |
Sekitar jam 6 pagi kami disediakan makan pagi, setelah makan pagi kami mulai memilih peralatan snorkling yang di sewakan di rumah sebelah, kemudian kami bersiap -siap menuju ke Pantai, kami naik sampan kecil dahulu yang menghantarkan kami ke Kapal.
bersiap menaiki sampan kecil untuk naik ke Kapal menuju Pulau Peucang |
|
|
Setelah semua peserta dan perlengkapan kami semua masuk kekapal, kami menempuh perjalanan lagi sekitar 2 jam, tidak jauh dari Sumur HP mulai tidak dapat mendapatkan signal, setelah perjalanan sekitar 11/2 jam kemudian kapal berhenti di Citerjun dan kami di ijinkan bersnorkling, di beberapa titik ada cukup banyak karang yang biasa-biasa tetapi ikan-ikannya yang banyak dan lumayan cantik tetapi karena bulan Oktober laut agak bergelombang dan arus laut cukup deras. Ada satu peserta dari kapal lain yang bahkan terbawa arus laut cukup jauh membuat kami cukup tegang karena arus yang membawanya sangat kencang, tetapi guidenya dengan sigapnya segera mengejar dan menyelamatkannya. Ahh... untunglah, mengingat laut ini berbatasan dengan samudra. setelah puas bersnorkling kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Peucang.
PULAU PEUCANG
Saya begitu terkesima begitu kapal mendekati Pulau Peucang karena pantainya sangatttt indah, bersih, pasir putih lembut dan laut yang biru tosca bergradasi, Very...very breathtaking.....
|
@Pulau Peucang - Pasir putih lembut dengan laut biru Tosca bergradasi |
|
@Pulau Peucang - Pasir putih lembut dengan laut biru Tosca bergradasi |
di Pulau ini banyak binatang liar yang dengan santainya berkeliaran disekitar diantara manusia, ada Rusa, babi hutan, monyet, kadal besar dll
|
monyet di Pulau Peucang |
|
monyet sedang menghabiskan sisa Mie instan di Pulau Peucang |
Sesampainya di Pulau Peucang pemandu langsung menanyakan apakah ada peserta yang mau upgrade kamar / penginapan ? dengan tambahan biaya yang lumayan juga tentunya. Ada beberapa peserta yang upgrade kamar dengan pertimbangan wifi gratis, kamar yang lebih baik dan kamar mandi di dalam kamar.
Saya dan saudari saya tidak meng-upgrade kamar, jadi Kami diantar ke Penginapan / losmen dengan bentuk Rumah Panggung dari kayu, yang 1 rumah punya 5 kamar, masing-masing memuat 7 kasur single dengan 2 kamar mandi di bagian luar, jadi setiap pagi dan sore hari kita harus antri untuk ke kamar mandi yang kurang bersih. membuat saya agak menyesal juga tidak menguprade kamar tadi.
|
Penginapan di Pulau Peucang |
Siang sampai sore hari kami bersantai-santai di pantai, beberapa berenang di laut, tetapi lebih banyak yang selfi-selfi di pantai. Saat sore hari sekitar jam 4.30 kami diajak Pemandu untuk Jungle Tracking menuju ke Karang Copong yang letaknya di sisi seberang pulau, kami melihat-lihat dan mendapatkan banyak penjelasan mengenai flora dan fauna disekitar pulau dan tak lupa melakukan hunting sunset.
Ternyata di sini ada heliport loh, katanya kalau pejabat datang mereka naik helikopter agar cepat sampai.,jadi kalau punya banyak uang bisa sewa helicopter untuk kesini loh he...he...
Rusa @Pulau Peucang - Ujung Kulon |
Pulau Peucang ini hanya di huni oleh para Ranger / penjaga hutan, tidak ada penduduk setempat walaupun ada tempat penginapan yang cukup ramai saat Weekend oleh turis lokal dibulan - bulan September, Oktober, November, Desember cukup banyak didatangi turis luar negeri, karena ombak cukup besar sehingga bisa surfing.
di sepanjang perjalanan kami di berikan penjelasan oleh Penjaga Hutan mengenai flora dan fauna di sekitar pulau:
- Binatang seperti Babi hutan dan rusa ternyata bisa menyeberangi laut ke dan dari Pulau Peucang ke Pulau Jawa yang letaknya di seberangnya tidak terlalu jauh.
- karena lapisan tanah tidak terlalu tebal sedangkan dibagian bawah banyak bebatuan keras sehingga akar-akar pohon banyak tumbuh ke arah keluar,
- kami juga ditunjukkan Pohon Beringin yang berjenis beringin pencekik yang mengawali hidup sebagai parasit (hidup menumpang dari) pohon lain memenuhi kebutuhan hidupnya dari mengisap zat hara dari pohon inangnya, setelah akarnya tertancap kuat pada inangnya kemudian muncul akar-akar sulur yang tumbuh kebawah dan merambat dan membelit pohon inangnya mencari dan mendapatkan asupan makanan secara langsung dari tanah, yang kemudian mematikan pohon inangnya dengan cara mencekik dan merampas sumber makanan pohon inangnya.
Sepanjang perjalanan menuju Karang Copong saya melihat cukup banyak sampah-sampah plastik yang berserakan di buang sembarangan oleh turis, Saya ikut membantu penjaga hutan mengambil beberapa botol plastik dan sampah2 plastik lainnya, yang berada cukup dekat dari Saya, sedih sekali melihat tempat yang begitu indah di nodai oleh sampah-sampah plastik.
Saat perjalanan kami melihat ada seorang wanita yang tangan di perban tampak luka baru karena ada noda darah di perbannya, menurut penjelasan dari penjaga hutan perempuan tersebut memberi makan babi hutan, karena makanannya kurang babi tersebut mengejar dan menggigitnya. oleh karena itu sebaiknya kita tidak memberi makan binatang liar karena nanti kebiasaan mereka minta makan terus sehingga mereka kehilangan kemampuan untuk mencari makan sendiri.
Setibanya kami di Karang Copong sunset sudah dimulai, Pandangan kami lepas ke arah Samudra Hinda, Pemandangannya indah karena cuaca sedang cerah, semua yang membawa kamera dan HP bernasis ria, memen yang sangat sempurna dengan hati yang riang
|
Sunset di Pulau Peucang Ujung Kulon |
|
Sunset di Pulau Peucang Ujung Kulon |
Setelah selesai hunting sunset kami kembali ke penginapan, karena sudah gelap kami harus menggunakan senter dan berjalan beriringan, karena ada beberapa peserta yang tidak membawa senter, berjalan cukup lambat sehingga ketinggalan, ada yang kakinya kram ada yang terjatuh sehingga kami harus sering berhenti dan menunggu hingga semua peserta kumpul baru kami berjalan kembali. Berjalan di hutan gelap menjadi tantangan sendiri karena banyaknya akar pohon yang melintang di sepanjang jalan, menantang dan menyenangkan, walaupun harus berjalan kaki pulang dan pergi total 2 jam, so sebaiknya gunakan sepatu atau sendal khusus tracking.
sesampainya kami di penginapan kami sudah disediakan makan oleh tukang masak. oh iya tour guide kami membawa tukang masak sendiri dari Desa Sumur. setelah perjalanan yang panjang dan melelahkan tadi makanan yang di sajikan terasa sangat lezattt walaupun sederhana.
Segera setelah bebersih saya langsung tidur pulas karena kemarin malam tidak tidur, beberapa rekan masih berbicang-bincang sampai malam, dan ternyata rekan-rekan yang berbincang-bincang malam itu memutuskan tidak mau berangkat pagi-pagi ke Cidaon. What The F... Keputusan sepihak yang menyebalkan.
|
Sunrise @Pulau Peucang Ujung Kulon |
|
Ngopi ditemani Babi Hutan @Pulau Peucang Ujung Kulon |
sekitar jam 8 pagi, kami sarapan ditemani oleh Babi Hutan yang kadang-kadang menyerusuk ke meja makan kami sehingga kami harus bubar, setelah Babi Hutan tersebut pergi kami duduk kembali ke formasi semula, monyet-monyet dan Rusa-rusa berkeliaran di sekitar kami. Setelah sarapan kami lantas bersiap-siap meninggalkan penginapan dan menuju ke kapal.
Menurut jadwal seharusnya kami berangkat pagi-pagi jam 05.00 ke Padang Savana Cidaon, padang savana ini luasnya mencapai 4 hektar padang rumput ini menjadi wana tempat satwa-satwa liar berkumpul dan mencari makan setiap jam 6 pagi dan jam 17.00. kita bisa melihat Sapi, Banteng, Kerbau, burung Merak bahkan Badak Bercula satu. Ditempat ini kita diminta untuk tidak mengusik satwa-satwa liar tersebut, melihat cukup dari kejauhan, kita juga bisa melihat melalui menara pengamatan yang terletak di pinggir savana. Saat kami tiba di Padang Savana Cidaon ini sudah siang sekitar jam 8.30 maka alhasil padang ini kosong melompong, hanya hewan-hewan kecil yang terlihat di pinggir Savana.... sedihnya. setelah puas berfoto-foto ria di padang kosong ini kami meneruskan perjalanan ke Pulau Handeuleum
|
Menara Pengamatan Satwa Liar di Padang Savana Cidaon Ujung Kulon |
|
tulang belulang di Padang Savana Cidaon Ujung Kulon |
|
Dermaga @Cidaon Ujung Kulon |
Pulau Handeuleum
Pulau Handeuleum merupakan pulau terbesar di antara gugusan pulau-pulau karang di semenanjung Ujung Kulon, pulau ini dipenuhi oleh hutan bakau dan aneka hewan liar seperti badak, buaya, ular dll. Dipulau ini ada sungai Cigenter yang dapat di nikmati dengan berkanoe ala hutan Amazon
Di dekat Pulau Handeuleum kapal berhenti dan kami makan siang di kapal dahulu, karena tidak ada dermaga, kami harus antri naik sampan kecil menuju pulau tersebut, menakjubkan sekali karena tidak terlalu jauh kami berjalan melintasi gundukan pasir kami menemukan Sungai Cigenter dan terlihat banyak canoe di pinggir sungai. langsung kami semua ber kanoe ria, masing-masing kanoe memuat 7 peserta dengan pemilik kanoe dibagian belakang. Karena paddle kayu cuma 3 tidak semua peserta mengayuh, he..he...he... bule di bagian depan agak mengeluh karena merasa hanya dia saja yang mengayuh yang lainnya tidak. kami menyemangatinya "You're a strong Man", waktu kami minta gantian untuk mengayuh dia tidak mau,... yah sudah saya menikmati perjalanan saja tanpa susah payah mengayuh.
di sekitar sungai kami di tunjukan jejak binatang yang mengambil minum di sungai ada jejak yang cukup besar katanya itu jejak Badak, banyak ular-ular dan monye-monyet yang sedang asik bergelantungan di pohon, dan katanya masih ada buaya disekitar sungai.
kami berkanoe sekitar 1/2 jam lalu kami berbalik arah. pengalaman berkanoe yang menyenangkan.
|
berkanoe ria @sungai Cigenter @Handeuleum |
|
Berkanoe ria @Sungai Cigenter @Handeuleum |
Dari Pulau Hendelum kami balik kembali kapal, melanjutkan perjalanan yang di itinerary optional ke Pulau Hoar dan Pulau Badul, perjalanan balik ini cukup menantang karena kapal harus melawan ombak yang cukup tinggi, sehingga banyak menyipratkan air laut ke dalam kapal membuat kami agak basah. Mesin Kapal mati berkali-kali, awak kapal sibuk mondar-mandir membetulkan mesin kapal yang rusak, membuat perjalanan menjadi lama. Hingga suatu saat mesin kapal benar-benar mati tidak bisa di hidupkan kembali walaupun sudah di kotak katik, saat itu signal HP sudah mulai menyapa kami, Si Bule agak ribut "what's wrong.....what's wrong now, I just sms my friend that I'm still alive"
saya dan saudari saya mencandainya dengan menyuruhnya mengirim pesan sekarang juga bahwa kapal mati mesinnya and we are in trouble wkwkwk.
Akhirnya Saya bilang tenang saja karena kita udah dekat dengan peradaban, banyak kapal lewat dan pulau jawa terlihat dengan jelas, pasti bantuan akan segera datang. tidak lama kemudian datang kapal yang lebih kecil dan kami semua di minta pindah ke kapal tersebut dan kembali melajutkan perjalanan ke Desa Sumur karena hari sudah sore.
Setibanya di Desa Sumur di Rumah Nahkoda Kapal, kami bebersih di rumah dan sekitar jam 5 sore kami naik Elf dan kembali ke riuh nya Jakarta. Pengalaman yang tidak terlupakan